5 Dosa Prasangka Tentang Tubuh Perempuan
Selamat Hari Perempuan Internasional, Gorgeous!
Sudahkan kamu menjadi perempuan yang bebas dari prasangka dan penghakiman orang-orang terhadap tubuhmu?
Harusnya tubuh memberikan rasa aman dan kemerdekaan bagi manusia, tak terkecuali perempuan. Entah mengapa, sistem sosial masyarakat di banyak belahan dunia (termasuk Indonesia) masih terkungkung oleh pola pemikiran patriarkis yang tak henti melekatkan label dan stigma terhadap tubuh perempuan. Sedihnya, teriakan paling kencang justru datang dari sesama kaum perempuan.
Walaupun kesetaraan gender dan tuntutan dalam menghapus diskriminasi terhadap perempuan telah sekian lama dikumandangkan, nyatanya masih banyak perempuan yang dimarginalkan karena aspek tubuhnya. Tubuh perempuan kerap dianggap sebagai sumber dosa sehingga harus diatur agar tidak menimbulkan kegaduhan publik. Setidaknya ada lima dosa prasangka yang dilabelkan masyarakat terhadap tubuh perempuan.
#1 Tubuh Perempuan adalah Sumber Pelecehan Seksual
Keterbukaan bagian tubuh perempuan adalah sebuah vulgarisme dan kecabulan yang tidak dapat ditolerir oleh mata lelaki. Dengan tereksposnya bagian tubuh tertentu, tak heran bila itu memancing fantasi seksual kaum adam yang termanifestasi dalam tindakan pelecehan seksual. Seakan pelecehan seksual adalah suatu pemakluman yang terjadi karena perempuan telah dengan lantang menunjukkan bagian tubuhnya.
"Pantesan, abis roknya saja sependek itu."
"Gimana lelaki nggak pada bernafsu ngelihat belahan dadanya nyembul di balik kemeja."
Lalu mengapa laki-laki boleh memakai kaus ketat yang menampakkan putingnya ketika mereka berjalan-jalan di mall, atau bertelanjang dada di area publik lainnya seperti di kolam renang dan gym? Apa perempuan tidak boleh melarang lelaki memakai pakaian ketat yang menampakkan perut six-pack mereka, dan kemudian perempuan merasa bergairah dengan 'pemandangan' itu? Apa lelaki tidak perlu dilarang memakai pakaian yang 'mengundang' karena dikhawatirkan jikalau ada perempuan yang meremas kemaluannya?
Tidak ada seorang pun yang ingin dilecehkan, apalagi secara seksual. Apapun pilihan pakaian yang dikenakan seharusnya merupakan bentuk selebrasi dan apresiasi terhadap tubuh, dan bukan merupakan undangan pelecehan seksual.
#2 Salah Kaprah Tentang Keperawanan
Sempat heboh di jagad maya ketika ada pejabat publik yang mengatakan jika perempuan bisa hamil ketika berenang bersama lelaki di kolam renang umum. Tak disangka ada kalangan yang meyakini bahwa sperma laki-laki mampu berenang di dalam air kaporit menuju rahim perempuan. Bahkan ada yang mengira jika sperma dapat menembus pori-pori dan bisa menyebabkan kehamilan. Itu berarti perempuan tak lagi perawan. What? Are they stupid or something???
Ya.. Kebodohan ini terus-menerus terpelihara dari generasi ke generasi ketika masih banyak orang menganggap tabu untuk bicara soal seks, terutama dari orang tua pada anaknya. Akibatnya banyak perempuan yang masih belum mengenal tubuh dan sistem reproduksinya sendiri. Dengan demikian salah kaprah tentang keperawanan selalu terjadi.
Selain karena sperma yang (konon) bisa berenang di air kaproti dan menembus pori-pori dan menyebabkan kehamilan, perempuan pun bisa kehilangan keperawanan akibat selaput dara yang sobek. Secara harfiah, jika selaput dara sudah sobek, maka perempuan tak lagi perawan walaupun selaput daranya sobek akibat aktivitas olahraga dan bukan karena penetrasi seksual.
Cerita menyakitkan datang dari sebuah pernikahan yang segera berujung perceraian hanya karena suaminya mendapati istrinya tak berdarah ketika melakukan senggama untuk pertama kalinya. Sang suami langsung menuduh istrinya tak lagi perawan! Padahal ketebalan dan ketipisan selaput dara juga sangat mempengaruhi ada tidaknya darah yang keluar saat penetrasi seksual.
#3 Kalau Ingin Cantik, Kamu Harus.........
"Hai, Cyn... Kamu gemukan ya?"
"Dandan donk biar banyak cowok yang ngelirik!"
"Pakai ini aja, Sis, biar kulitnya kelihatan lebih putih."
"Diet donk. Badan kayak balon gitu mana ada nanti cowok yang naksir."
Perkara fisik selalu membuat banyak perempuan merasa insecure dengan penampilannya, seolah jika ada yang salah dengan kulit dan berat badannya, maka itu adalah akhir dari dunia. Body shamming dan bully yang kerap dilontarkan karena tampilan fisik merupakan bentuk pelecehan dan dapat mengakibatkan depresi. Tingkat depresi ini tidak hanya merusak kepercayaan diri. Pada level ekstrem hal ini dapat menyebabkan seseorang bunuh diri.
Kecantikan perempuan menjadi semacam konstruksi untuk menyamaratakan penampilan. Padahal dengan segala kelebihan dan cerita yang berbeda, tidak ada yang menjadikan kecantikan perempuan itu sama. Semuanya cantik dan indah dengan caranya sendiri. Tidak semua perempuan harus memiliki kulit putih agar bisa disebut cantik. Belum tentu filler yang membuat bibir tampak seperti Kylie Jenner tampak cocok di wajah kita.
Sepertinya menjadi sebuah keanehan jika ada perempuan yang memiliki selera berpakaian yang dianggap aneh, atau memiliki lemak tubuh yang mengisi lengan, perut, dan paha. Seakan-akan perempuan seperti itu harus di-makeover agar tidak mengganggu pemandangan publik. Tidak ada rasa penghargaan terhadap keunikan penampilan perempuan. Semua perempuan harus mengikuti standar kecantikan yang sama!
#4 Perempuan Itu Nggak Baik Sering Keluar Rumah
Domestifikasi adalah label yang disematkan kepada perempuan sejak lama. Urusan-urusan rumah adalah refleksi dari tugas dan kewajiban utama perempuan, seolah-olah perempuan menjadi tak baik jika punya kiprah dalam urusan publik seperti berpartisipasi dalam aktivitas politik, meniti karier sebagai direktur, hingga memimpin organisasi.
"Urusan rumah tangga bisa berantakan kalau istri kebanyakan keluar rumah."
"Suami yang bertugas mencari nafkah. Istri mah pergi belanja dan nyalon."
"Kalau perempuan kerja, nanti siapa yang ngurusin anak-anak?"
Pada hakikatnya, suami-istri adalah partner setara yang bekerja sama untuk membangun cita-cita bersama. Keduanya harus saling mendukung ambisi masing-masing. Urusan rumah tangga dan perawatan anak-anak juga adalah kewajiban bersama. Pembagian peran dan tugas dalam rumah tangga harus disepakati oleh kedua belah pihak.
Tidak ada yang salah apabila perempuan memilih untuk meninggalkan pekerjaan supaya bisa totalitas membesarkan dan mendidik anak-anak. Tidak salah juga jika ada perempuan yang memilih bekerja untuk mengembangkan kapasitas diri mereka. Bukan berarti pekerjaan mereka menyebabkan anak-anak terlantar. Banyak ibu bekerja yang menjadi role model bagi anak-anaknya untuk memiliki dan melampaui kesuksesan orang tuanya ketika mereka besar nanti.
Apapun pilihan perempuan, jangan biarkan orang lain (bahkan negara sekalipun) mencampuri urusan rumah tangga. Anggap saja mereka yang suka mencampuri urusan orang itu adalah pengangguran yang tak punya kontribusi dan karya, sehingga hanya mampu merecoki urusan orang lain.
#5 Ukhti.. Segeralah Berhijrah dari Pakaianmu
Teruntuk para saudara muslimahku... Mungkin banyak di antara kalian yang kerap diperlakukan seperti ini:
Bagi yang belum berjilbab: "Sekedar mengingatkan, agar kamu segera berhijrah memakai jilbab."
Bagi yang sudah berjilbab: "Jilbabnya masih kurang panjang."
Bagi yang bercadar: (tatapan dan raut aneh wajah bagi mereka yang memandang orang bercadar)
TIDAK ADA TENDENSI untuk melecehkan agama. Sebagai seorang muslimah dan berjilbab, meyakini dengan sepenuh hati kewajiban yang digariskan Al Quran tentang berjilbab adalah demi kebaikan perempuan.
Namun berjilbab bukanlah mengikuti trend fashion yang bisa sering berganti tiap musim Fall/Winter dan Spring/Summer. Hari ini pakai, kemudian besok lepas lagi.
Mengapa berjilbab adalah hijrah?
Hijrah pada dasarnya adalah perpindahan dari suatu tempat dan kondisi tertentu ke sesuatu yang lebih baik. Sejarah menunjukkan, proses 13 tahun penyebaran Islam di Makkah melalui rintangan dan hambatan yang begitu besar sehingga Allah SWT berfirman pada Rasulullah SAW untuk hijrah (pindah) ke Madinah.
Setelah mengetahui track record Rasulullah SAW sebagai pribadi, dan perjuangan Nabi dalam memimpin sambil menyebarkan Islam, rakyat Madinah menerima Rasulullah SAW di kota mereka. Malahan Rasulullah diangkat sebagai pemimpin Madinah, dan semua penduduk sepakat agar Islam yang menjadi landasan hukumnya.
You see, ada proses panjang dan berdarah-darah yang dilalui oleh Islam dan Rasulullah SAW sehingga rakyat Madinah akhirnya mau memeluk Islam. Jika Allah berkehendak, Allah bisa saja langsung melunakkan hati manusia untuk menerima ajaranNYA. Tapi Allah tidak serta merta mengubah hati karena mengingkan manusia belajar dan menghargai proses.
Memilih berjilbab memang tidak harus melalui Perang Badar dan Perang Uhud. Namun ada proses perbaikan dan penataan ulang jati diri ketika seorang muslimah memutuskan berjilbab. Dan proses itu dilalui dengan beragam cara yang tidak bisa disimplifikasi dengan frasa "sekedar mengingatkan" saja.
Turunnya hidayah adalah rahasia Allah. Tidak seorang manusia boleh menghakimi ketika muslimah belum berjilbab, atau apa alasan mereka ketika berjilbab bahkan bercadar.
So Gorgeous...
Di Hari Perempuan Internasional ini, I just wanna encourage you to be bold and freed yourself from any prejudices. Jangan malu untuk menjadi dirimu sendiri. Hargai tubuh dan segala proses yang sudah dilalui. Hidup itu memilih, maka pilih yang terbaik bagi dirimu dan orang-orang tercinta. Selamat menjadi seorang perempuan.
Love,
Elle Zahra